Genre: | Literature & Fiction |
Author: | Khaled Hosseini |
Judul buku ini diambil dari sebuah puisi karya Saib-e-Tabrizi, seorang pujangga asal Persia abad ke-17:
"Siapa pun takkan bisa menghitung bulan-bulan yang berpendar di atas atap, ataupun seribu mentari surga yang bersembunyi di balik dinding."
Dari masih muda belia, Mariam sering mendapat perlakuan kasar dari ibunya. Penyangkalan Nana, ibunda Mariam, atas dosa zina yang dilakukannya bersama sang majikan, Jalil, membuat Mariam selalu dirundung kesedihan dan rasa bersalah.
"Harami kecil pengkhianat," kata-kata itu yang selalu meluncur dari mulut Nana. Dan semua kesalahan Nana pun dipikulkan dengan paksa ke bahu Mariam.
Menjelang ulang tahunnya ke-14, Mariam hanya menginginkan satu hadiah, yaitu menyaksikan film kartun di bioskop milik ayahnya. Tapi sayangnya, keinginan itu ditentang oleh Jalil sendiri, yang hanya menganggap Mariam sebagai aib. Pun ditentang oleh ibunya, "Aku akan mati kalau kau pergi, Mariam!"
Pada akhirnya, Mariam pun nekat pergi seorang diri untuk menemui ayahnya.Tapi ternyata Jalil menolak bertemu, Mariam pulang dengan kekecewaan terbesar. Begitu sampai di kolba, Mariam melihat tubuh Nana tergantung di pohon tua, dan kakinya terayun-ayun. Nana membunuh dirinya sendiri, persis seperti yang diucapkannya.
Hidup Mariam lantas berubah. Penolakan dari istri-istri Jalil untuk tinggal satu atap dengannya, sampai pernikahan paksa dengan seorang duda, bernama Rasheed, yang usianya 30 tahun lebih tua darinya.
Hidup bersama Rasheed pun tidaklah indah. Rasheed adalah tipikal suami yang ringan tangan. Dia tidak segan melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Hinaan, pukulan, tamparan, pecut dan cambuk selalu diterima Mariam hanya karena alasan sepele. Dan tidak sedikit pun Mariam berani membela diri.
Bukan cuma kehidupan Mariam yang dituliskan sedemikian rupa oleh Khaled Hosseini, hingga sanggup mengalirkan bergalon air mata. Tapi juga kisah Laila, dengan segudang permasalahan yang tidak jauh berbeda. Bagaimana nasib dapat mempertemukan mereka dalam satu atap, satu penderitaan.
Kisah hidup dua perempuan Afghanistan di tengah-tengah peperangan yang berkecamuk, mulai dari pendudukan oleh Uni Soviet sampai saat Taliban berkuasa. Mereka berjuang dan bertahan dari banyak hal, khususnya ketika harkat, martabat dan hak asasi kaum hawa dijungkirbalikkan, dan busuknya lagi, hal itu dilakukan atas nama Islam.
Buku yang dapat memberikan sejuta asa untuk terus berjuang mencari cinta dan kebahagian hakiki. Serta membawa berjuta inspirasi untuk tetap bertahan sebagai wanita-wanita tangguh.
Melodrama yang sungguh menyentuh.
No comments:
Post a Comment