Ada beberapa orang kasih tips, kalo lagi nggak bisa tidur waktu malam, coba baca buku. Dijamin ngantuk datang seketika.
Namun, sayangnya nggak berlaku buat gue. Saat mau tidur disuruh baca buku, yang ada gue nggak tidur sampe subuh. Apalagi kalo buku-nya seru, dan pas di bagian seperempat akhir yang bikin penasaran. Kalau nggak diterusin sampai habis, bisa-bisa kisahnya kebawa mimpi.
Waktu masih di bangku SD kelas 4, buku bacaan gue: serial Goosebumps, Fear Street, Animorphs, Lima Sekawan (Enyd Blyton), 4 Sekawan S.T.O.P., berbagai macam komik mulai dari Doraemon, Dragon Ball, Detektif Conan, Sailor Moon, dll. Serta majalah anak-anak, Bobo, & Donal Bebek. Sampai laci-laci meja belajar penuh sama buku-buku cerita.
Pernah suatu waktu, gue diajakin sama bokap ke cuci gudang buku-buku Gramedia di Palmerah Selatan. Semua buku dijual murah karena mau ngabisin stok. Misalnya aja 1 pc serial S.T.O.P. seharga
seribu rupiah, 1 pc serial Goosebumps seharga Rp.2000. Gimana gue nggak menggila di sana?
seribu rupiah, 1 pc serial Goosebumps seharga Rp.2000. Gimana gue nggak menggila di sana?
Begitu pulang dari "pesta buku", gue berhasil membawa pulang dua kantong besar berisi buku, yang membuat almarhumah mama waktu itu marah besar. Beliau khawatir gue nggak fokus sama pelajaran sekolah. Sebisanya gue atur jadwal antara baca buku dan belajar, biar mama nggak kecewa. Dengan cara melahap semua buku dalam tempo sesingkat-singkatnya... haha...
Dalam waktu seminggu gue sudah harus menamatkan tiga buah buku. Sampe orang tua bingung, kok nih anak anteng bener di kamar.
Dan sampai sekarang, saat sudah menikah dan memiliki seorang bocah kecil, minat gue terhadap buku nggak pernah pudar. Di perjalanan pulang-pergi kantor, saat anak sudah tidur, saat disuruh suami buatin kopi atau teh, dan saat jam-jam nggak sibuk di kantor menjadi waktu-waktu yang sangat berharga buat berduaan sama buku.
Dulu, waktu masih kuliah, pembelian buku ini dibatasi sama bokap. Misalkan dijatah untuk beli buku kuliah 2 sampai 3 eksemplar, buku agama boleh sampai 2 eksemplar, sementara untuk novel cukup satu buah saja. Bahkan kadang pernah juga pulang dari toko buku tanpa satupun buku novel di tangan.
Tapi sekarang gue sudah punya penghasilan sendiri dan tidak lagi dibayangi oleh tugas-tugas kampus, No Essay, No Thesis, jadi alhamdulillah bisa berfoya-foya ketika belanja buku. Dalam sebulan gue bisa beli 10 buku, bahkan lebih. Bukan karena boros, tapi karena gue haus. Haus akan kata-kata. Haus akan kisah-kisah imajinatif. Pokoknya selesai membaca satu buku, sudah harus ada buku selanjutnya yang mengantri untuk dihabiskan.
Saat kuliah S1, di dekat rumah ada semacam rental buku. Satu buku harga sewanya beragam. Yang tebal biasanya lima ribu, yang agak tipis atau sedang lebih murah lagi. Kadang kalo nyewa di situ bisa 4 sampai 5 buku, dan dalam waktu dua minggu sudah harus dikembalikan. Jadi bacanya super ngebut. Tapi biar begitu lumayan juga bisa menghemat belanja buku novel.
Karena tempat itu sekarang kena gusur buat lahan BKT, makanya gue harus rela keluar uang lebih untuk baca buku. Biasanya tempat langganan beli buku di bukukita.com. Soalnya rada males jalan ke toko bukunya.
Sekarang, Sabrina pun gemar sekali dengan buku. Buku cerita anak-anak yang bisa sekalian diwarnai gue beliin banyak buat dia. Mudah-mudahan hobi-nya dengan buku terus melekat sampai dia punya anak, jadi bisa mewariskan kecintaan terhadap buku kepada generasi penerus. Amin.
Siapa yang juga tergila-gila sama buku? Angkat kakinya...!!! hahaha..
Buku adalah teman, itu kata kapten Tsubasa. Eh maksudnya bola adalah teman
ReplyDelete