Genre:
|
Science Fiction
|
Author:
|
Victoria Roth
|
Setelah menonton film Divergent, dan mendapatkan ending menggantung, gue sadar ini nggak benar. Jangan sekalipun membiarkan seorang Fairus Baggins menderita dalam pertanyaan: "Apa yang terjadi selanjutnya?" yang tidak mampu dijawabnya.
Lalu, terjadilah transaksi pembelian trilogi buku Divergent - Insurgent - Allegiant di bukukita.com. Setelah ketiga buku itu mendarat sukses di meja kantor, tanpa ba-bi-bu, gue sudah menamatkan dua bukunya. Dan sekarang sedang membaca Allegiant.
Berhubung review Divergent sudah gue tulis, walaupun dalam format review film, jadi review buku-nya akan gue lewatkan. Dan langsung menulis review buku ke-2 dari trilogi ini.
Setelah terjadi chaos akibat simulasi di akhir film Divergent, Tris, Tobias, Marcus, Caleb, dan Peter berhasil melarikan diri dan meminta perlindungan pada faksi Amity. Mereka pun setuju untuk menyediakan rumah perlindungan yang aman bagi mereka, dan beberapa warga Abnegation yang selamat.
Namun, karena faksi Amity bersekutu dengan Erudite, dan mereka bahkan tidak ragu untuk menyerahkan Dauntless Pemberontak bahkan Divergent kepada Erudite, demi kelanggengan hubungan persahabatan mereka, maka Tobias dan Tris memutuskan untuk meninggalkan rumah aman Amity dan mencari sekutu lain, yaitu faksi Candor & factionless.
Si penulis pun dengan lihainya mengantarkan kita untuk mengenal Candor & factionless lebih dekat -setelah Amity, tentu saja-, lewat deskripsi tempat, busana, kebiasaan, dan kehidupan masing-masing warga faksi dengan luar biasa detail.
Tobias dan Tris diterima oleh warga Candor setelah mereka dimintai keterangan sehubungan dengan pembunuhan Abnegation, dengan menggunakan serum kejujuran.
Tris, Tobias dan Dauntless Pemberontak yang ditampung oleh Candor, berencana untuk menyerang markas Erudite yang dipenuhi oleh Dauntless Pengkhianat. Janine Matthews, pemimpin faksi Erudite yang sadis, mengancam Candor untuk menyerahkan Divergent, jika tidak dituruti, maka Candor pun akan menjadi target simulasi brutal berikutnya.
Buku kedua ini penuh dengan perang, kesedihan akan kematian orang-orang tersayang dan pengkhiatan yang menyakitkan. Sebuah informasi penting yang selama ini dikunci rapat oleh Abnegation akan terkuak di sini. Victoria benar-benar jenius, hingga membuat gue terpukau dan hanyut sampai halaman akhir.
Setelah Hunger Games, buku ini wajib baca juga.
Lalu, terjadilah transaksi pembelian trilogi buku Divergent - Insurgent - Allegiant di bukukita.com. Setelah ketiga buku itu mendarat sukses di meja kantor, tanpa ba-bi-bu, gue sudah menamatkan dua bukunya. Dan sekarang sedang membaca Allegiant.
Berhubung review Divergent sudah gue tulis, walaupun dalam format review film, jadi review buku-nya akan gue lewatkan. Dan langsung menulis review buku ke-2 dari trilogi ini.
Setelah terjadi chaos akibat simulasi di akhir film Divergent, Tris, Tobias, Marcus, Caleb, dan Peter berhasil melarikan diri dan meminta perlindungan pada faksi Amity. Mereka pun setuju untuk menyediakan rumah perlindungan yang aman bagi mereka, dan beberapa warga Abnegation yang selamat.
Namun, karena faksi Amity bersekutu dengan Erudite, dan mereka bahkan tidak ragu untuk menyerahkan Dauntless Pemberontak bahkan Divergent kepada Erudite, demi kelanggengan hubungan persahabatan mereka, maka Tobias dan Tris memutuskan untuk meninggalkan rumah aman Amity dan mencari sekutu lain, yaitu faksi Candor & factionless.
Si penulis pun dengan lihainya mengantarkan kita untuk mengenal Candor & factionless lebih dekat -setelah Amity, tentu saja-, lewat deskripsi tempat, busana, kebiasaan, dan kehidupan masing-masing warga faksi dengan luar biasa detail.
Tobias dan Tris diterima oleh warga Candor setelah mereka dimintai keterangan sehubungan dengan pembunuhan Abnegation, dengan menggunakan serum kejujuran.
Tris, Tobias dan Dauntless Pemberontak yang ditampung oleh Candor, berencana untuk menyerang markas Erudite yang dipenuhi oleh Dauntless Pengkhianat. Janine Matthews, pemimpin faksi Erudite yang sadis, mengancam Candor untuk menyerahkan Divergent, jika tidak dituruti, maka Candor pun akan menjadi target simulasi brutal berikutnya.
Buku kedua ini penuh dengan perang, kesedihan akan kematian orang-orang tersayang dan pengkhiatan yang menyakitkan. Sebuah informasi penting yang selama ini dikunci rapat oleh Abnegation akan terkuak di sini. Victoria benar-benar jenius, hingga membuat gue terpukau dan hanyut sampai halaman akhir.
Setelah Hunger Games, buku ini wajib baca juga.
No comments:
Post a Comment