Tuesday, September 9, 2014

Menulis & Buku Harian


Dulu, saat masih kelas 4 SD. Gue membeli sebuah buku diary, sebab saat itu semua temen pada punya. Masa gue nggak?

Tetapi, setelah dipikir-pikir, punya buku diary itu menyenangkan ya? Gue bisa tulis tentang semua uneg-uneg, segala rasa (senang dan sedih) tanpa seorang pun perlu tahu. Karena buku itu berkunci. Dan kuncinya gue telan.


Nggak deh, kuncinya cuma gue masukin ke brankas besi yang ada passwordnya: 130183 (tanggal lahir gue). Lalu brankas tersebut gue pendam dalam tanah, dan gue pasangkan batu nisan bertuliskan: RIP Brankas Besi.

Tapi tiba2 saja, salah satu oknum teman SD, mengetahui seluruh isi buku harian gue itu. Entah bagaimana caranya, dia bisa membaca keluh kesah gue di situ. Mungkin dia menjelajah waktu menggunakan mesin waktu di laci meja belajar Nobita. Kemudian membaca blog keren ini, untuk mengetahui letak penyimpanan kunci buku harian gue. Damn!



Teman gue itu membocorkan catatan hati gue ke teman-teman lain yang tidak berdosa. Dan mereka mulai menjauhi gue, seakan gue ini adalah makhluk primitif yang doyan daging manusia.

Gue sedih banget dan kecewa. Hingga akhirnya memutuskan nggak mau kenal lagi yang namanya buku harian. Buku diary itu gue sobek-sobek sampe kecil, lalu gue bakar di api unggun sambil memutarinya tujuh kali.


Tapi, hal itu nggak berlangsung lama (bagian nggak kenal dengan buku harian). Sebab selulus SD, gue beli lagi buku harian lainnya untuk tetap menulis saat SMP, SMA hingga S1.



Dan sebelum lulus S1, buku harian gue nggak berbentuk buku lagi, melainkan berbentuk file-file Microsoft Word, dengan password yang njelimet, sampai gue kadang lupa sendiri, dan ujung-ujungnya nggak bisa buka file-nya untuk dibaca ulang. File-file word itu gue tata di satu folder khusus bernama My Voices. Keren ya!

Lalu, setelah adanya invasi virus besar-besaran & terjadi chaos di komputer rumah, hilanglah semua "suara gue" itu.


Gue cuma bisa duduk termangu di depan monitor komputer yang kosong. Rasanya pengen gue banting, tapi nanti diomelin bokap, atau mau gue jambak, tapi monitor nggak punya rambut. Uuuuh pengen bunuh orang aja, trus dagingnya gue makan.... loh?!


Mulailah gue mengenal blog. Awal mulanya di multiply.com
Namun, karena manajemen multiply yang "canggih bener" itu, mereka mengusir para blogger dari platform mereka. Dengan kerepotan tiada terkira, melebihi orang pindahan rumah, gue memindahkan semua postingan ke blogspot (blog yang sekarang ini jadi lahan untuk senang2 ala fairus).

Kecintaan terhadap tulis-menulis ini nggak terbatas pada buku harian aja, tapi juga mengarang cerpen-cerpen. Bayangkan, seorang Fairus Baggins berkhayal dan mengucurkan khayalannya itu pada lembar-lembar kertas. Mulai dari cerita yang seram-seram, hingga drama. Akan gue share di sini kapan-kapan.

Dulu sih, cita-cita mau menerbitkan buku, setelah Tesis kelarlah. Apa daya, setelah menikah dan punya anak, perlahan cita-cita itu redup. Tapi nggak hilang, sebab gue masih gemar menulis blog. Seiring waktu semoga semangat merampungkan buku kembali berbinar. Kalo nggak di hati gue, paling tidak di hati Sabrina-lah. Hahaha..

No comments:

Post a Comment