Tuesday, February 24, 2015

Review Buku: The Amber Room

The Amber Room
Genre:
Thriller
Author:
Steve Berry

Pulang kantor naik Commuter Line, lalu turun di stasiun Tebet, gue lihat novel ini di tumpukan paling atas buku-buku bekas yang dijual di pinggir rel. Gara-gara baca "kata-kata jualannya" Dan Brown di sampul depan, gue jadi ngiler pengin tahu isinya.

Buku The Amber Room bercerita tentang harta karun yang hilang pada masa Perang Dunia II. Tahun 1945, panel-panel batu amber yang melapisi ruang kecil di Istana Chaterine di Tsarkoe Selo Rusia itu raib dicuri oleh Nazi Jerman. Hebatnya, sejarah mengenai ruang amber yang ditulis oleh Steve Berry begitu detail. Lalu, penulis meramu fakta ini dengan fiksi.

Berikut sedikit review bukunya:
Carol Borya, salah seorang saksi mata atas hilangnya ruang amber di zaman Nazi, tiba-tiba saja tewas mengenaskan. Dan, putri tunggalnya, Rachel Cutler, seorang hakim ternama di Amerika, curiga bahwa ayahnya tewas dibunuh.

Memang belakangan, Carol Borya menunjukkan minatnya pada tayangan TV tentang penggalian harta karun yang dilakukan oleh McKoy, seorang pemburu harta karun amatir. Selain itu, Borya juga selalu mencari dan mengumpulkan berbagai informasi dari koran-koran nasional. Paul Cutler, sang menantu menyadari akan hal ini.

Setelah kematian Borya, Paul yang berprofesi sebagai pengacara ahli waris, menemukan kejanggalan saat sedang merapikan berkas-berkas wasiat di rumah mertuanya itu. Ada setumpuk koran yang terselip di dalam freezer, dan semua artikel itu berkaitan dengan ruang amber.

Rachel & Paul menduga bahwa Borya telah menjadi korban pembunuhan, dan bahwa kematiannya berhubungan dengan ruang amber, yang konon disebut sebagai harta karun terkutuk. Demi mencari tahu kebenaran perihal tewasnya Borya, mereka pun terlibat dalam perburuan ruang amber.

Satu hal yang tidak mereka sadari adalah bahwa bukan hanya mereka, serta McKoy yang sedang mencari harta tersebut. Melainkan dua orang pemburu harta lainnya yang sangat berbahaya, Fellner dan Loring, berserta para algojo, Suzanne Danzer dan Christian Knoll, yang tidak segan membunuh demi mendapatkan barang-barang yang mereka inginkan.

Ketegangan pun tak terhindari saat mereka berada dalam satu scene. Kejar-kejaran, tembak-tembakan, serta upaya pembunuhan yang mencekam, dikemas dengan apik oleh Steve.

Namun, entah mengapa ada satu kekosongan pada inti cerita. Apa mungkin pengaruh dari sudut pandang novel ini ya, yang menggunakan orang ketiga sebagai narator? Kurang greget aja gitu. Seperti sayur sop tidak berkaldu, kisah amber room jadi kurang syahdu.

Anyway, begini penampakan Ruang Amber, yang dibangun ulang oleh pemerintah Rusia, dan di-launching pertama kali oleh Presiden Vladimir Putin tahun 2003 lalu.


Ruang Amber Rusia

No comments:

Post a Comment