Akhir November 2014, gue sudah menyerahkan data-data untuk pengajuan KPR ke Bank DKI Syariah, cerita lengkapnya di sini dan di sini. Namun, entah ini kesalahan gue atau Developer, hitungan awal untuk Down Payment dan biaya adm Bank lainnya menjadi berbeda dan lebih mahal.
Sejak awal, Developer menginfokan bahwa DP bisa 10%, dan mereka akan bantu pengajuannya sampai di-acc. Tapi saat Bank DKI Syariah survey langsung ke lokasi, mereka hanya setuju jika DP-nya sebesar 30%, alasan Bank karena rumahnya bukan rumah baru, melainkan rumah second dan belum direnovasi. Sedangkan uangnya belum cukup nih untuk DP sebesar itu.
Menurut Bank, jika rumah sudah diperbaiki, mereka berani memberikan DP 10%. Mereka juga menyarankan pihak developer untuk memugar rumah terlebih dahulu, setelah itu plafond yang gue minta akan disetujui.
Gue menghubungi Ibu Eni (pihak developer) untuk me-renov rumahnya dulu. Tapi, Ibu Eni bilang bahwa si empunya rumah tidak ada biaya untuk itu. Dan dia meminta gue untuk "menyumbang dana". Setelah gue diskusi dengan suami, bahwa renovasi rumah tersebut akan memakan banyak biaya dan waktu: langit-langit yang bocor, rayap yang naik sampai tembok, lalu dinding perlu dicat ulang, bahkan hingga berkali-kali.
Pertanyaan selanjutnya? Rumah siapa yang akan kita pugar ini? Status rumah masih milik orang lain, bukan milik kami. Dan bukti apa yang akan kami dapatkan? Apakah mungkin, bon pembelian pasir dan semen bisa diakui notaris dan bank? Jika si empunya rumah tiba-tiba menjual rumah tersebut ke pihak lain, rugi dong kita!
Akhirnya, kami memutuskan untuk mundur, padahal pengajuannya sudah masuk, dan pihak Bank DKI Syariah sudah akan mengeluarkan surat persetujuan sementara. Tapi kami takut ditipu. Jika hari ini kami mengeluarkan dana untuk renovasi, lalu besok si pemilik rumah menawarkan ke orang lain, waah.... bisa runyam!
Kalau kata orang, beli rumah itu seperti mencari pasangan hidup. Jadi, mungkin memang belum jodoh. Lagipula dari awal, suami juga kurang sreg sama rumah tersebut, jadi yaaa.... cari-cari lagi deh yang lain.