Genre: Romance
Penulis: Katie Fforde
Setelah membaca buku pertama Katie: Summer of Love, saya langsung yakin akan mencintai buku keduanya berjudul: A Perfect Proposal.
Setelah menamatkannya kurang dari dua minggu, benarlah dugaan saya, bahwa buku ini bagus, manis, ringan, segar, dan membuat jantung berdegup-degup.
Sophie Apperly, seorang wanita muda, usia awal 20an, tinggal bersama orang tua dan kakak laki-lakinya di Inggris. Ayah & kakaknya berprofesi sebagai akademisi, dan ibunya berkarier sebagai pelukis. Meski begitu, mereka selalu bermasalah dengan finansial.
Sophie tidak kuliah, namun ia berbakat sekali dalam hal merombak barang loak menjadi barang yang lebih berguna, dan ingin sekali kursus menjahit untuk lebih mengembangkan bakatnya itu. Namun, keluarganya menolak untuk membiayainya, karena menurut mereka hal itu tidak berguna.
Sophie bertekad membiayai sendiri kursusnya. Ia bekerja serabutan di bar atau cafe, dan mengumpulkan uang.
Saat ia tidak memiliki pekerjaan, Ayah & Ibu menyuruhnya untuk mengurus Paman Eric, salah satu kerabat mereka yang sudah tua. Paman Eric kaya raya, punya banyak uang, dan keluarga Sophie berniat agar Sophie "mencuri" sedikit uang dari Pamannya.
Tentu saja hal itu tidak dilakukan Sophie. Ia melayani Paman Eric dengan tulus. Namun di hari-hari terakhirnya merawat Sang Paman, Sophie mendapati bahwa ada berkas-berkas tua milik keluarganya tentang hak-hak waris pengeboran minyak bumi. Yang jika diurus legalitasnya, maka keluarga besarnya akan mendapatkan banyak uang: Puluhan ribu Pounds (which is 1 GBP = Rp.18.000-an, kurs hari ini, saat artikel ditulis).
Jumlah itu cukup besar untuk merenovasi rumahnya yang setengah hancur, dan membiayai kursusnya, tentu saja.
Melacak berkas & dokumen tua, mengharuskannya berangkat ke kota New York, untuk menemui kerabat lainnya. Ia menginap di apartemen salah satu sahabatnya, Milly.
Saat acara pameran di galeri seni tempat Milly bekerja, Sophie bertemu dengan Matilda secara kebetulan.
Matilda, yang merupakan wanita usia lanjut, dan sangat kaya, langsung menyukainya saat itu juga, mengundang Sophie untuk menghadiri acara Thanksgiving di mansion-nya di Connecticut.
Luke, cucu Matilda, bocah tajir yang tampan, namun angkuh, sangat tidak menyambut Sophie di tengah-tengah undangan tersebut. Ia hanya dianggap sebagai parasit. Tapi, atas desakan Matilda, Luke bersedia membantu Sophie untuk mencari kerabatnya itu, dan mengurus proyek hak waris pengeboran minyak.
Saat Sophie kembali ke Inggris, dan Luke menyusulnya untuk membereskan beberapa proyek, mengharuskan mereka menghabiskan hari-hari bersama di Kota Cornwall yang indah. Momen-momen itulah yang menjadi alasan awal hati Sophie berbunga-bunga, dan kehidupannya berubah total.
Saya sulit sekali menilai buku ini jelek. Dari awal sampai ending bagus banget. Walaupun endingnya klise dan mudah ditebak, tapi sangat layak dibaca. Apalagi kalau bacanya, sambil googling nama-nama kotanya: Cornwall, Falmouth, Connecticut, dll. Sangat indah ^_^
No comments:
Post a Comment