Minggu lalu, kami sekeluarga diundang oleh kantor suami: Binus, untuk menghadiri family gathering yang diadakan di Trans Studio Mall Cibubur. Setiap tahun mereka memang selalu mengadakan acara tersebut. Tapi kegiatan ini sempat ditunda selama dua tahun akibat pandemi Covid.
Sebelum Covid, tahun 2019, family gathering diadakan di Dufan. Dan, pada waktu itu, acara berbarengan dengan beberapa kantor lain. Walhasil, Dufan jadi penuh banget. Mau naik setiap wahana, antrinya satu sampai tiga jam. Anak-anak jadi kurang antusias dengan permainannya.
Nah, kemarin itu, aku sudah mewanti anak-anak supaya jangan terlalu berekspektasi tinggi dapat menaiki semua wahana yang ada di TSM Cibubur. Belajar dari pengalaman tiga tahun lalu, dimana antriannya menggila.
Dari kantor Binus, kami mendapat empat free tiket masuk Trans Studio Mall Cibubur, empat kupon sarapan, dua voucher Grab Car, dan 23 lembar kupon @Rp.25.000, yang bisa digunakan untuk belanja apa saja di seluruh merchant yang ada di dalam mall. Jadi, Binus memberikan kami "uang" senilai Rp.575.000, tujuannya sudah pasti untuk makan siang, dan belanja oleh-oleh.
Kami tiba di TSM Cibubur pukul 6.30. Setelah menukarkan kupon sarapan, kami langsung naik ke lantai 3, tempat arena permainan. Di atas sudah lumayan rame.
Seminggu sebelum hari H, saya dan anak-anak sudah mempelajari TSM Cibubur lewat review orang lain di youtube. Tidak diperkenankan membawa makanan dan minuman ke dalam arena permainan. Tapi ternyata, untuk hari itu, bebas. Karena Binus sudah membooking TSM Cibubur secara khusus di hari itu.
Sebanyak 8000 orang yang hadir, tidak termasuk karyawan TSM, kepolisian dan petugas medis ya. Delapan ribu orang itu hanya hitungan karyawan Binus beserta keluarga. Banyak banget kan.
Bahkan, karyawan TSM pun mengakui bahwa hari itu rekor bisa menampung segitu banyak orang, dimana saat hari libur, TSM biasanya kedatangan 5000 pengunjung. Alhamdulillah suasana tetap kondusif. Pendingin ruangan tetap berfungsi, mengingat TSM itu arena permainan indoor. Serta, water station (air mineral Aqua botol) disediakan dan tersebar hampir di setiap sudut ruangan. Jadi nggak khawatir kehausan, dan repot beli.
Pukul 7.30, anak-anak sudah bermain Drift Car. Semacam bom bom car (khusus anak kecil), dengan arena mirip lintasan belajar mobil.
Bagi kami, yang penting mereka bermain puas. Alhamdulillah di Drift Car hanya mengantri sebentar, karena betul-betul baru dibuka.
Keluar dari sana, kami langsung masuk antrian Snow Playground. Ruang kaca yang diisi salju tebal. Di sini dingin banget. Sendal dan sepatu kami wajib dilepas, dan diganti oleh sepatu boot yang sudah disediakan. Dari rumah sudah harus pakai kaus kaki, atau bisa membeli kaus kaki di sana seharga Rp.15.000. Anak-anak juga saya bawakan sarung tangan. Karena pasti dingin sekali kan kalau memegang es dengan tangan terbuka.
Oia, di sana juga disediakan aksesoris musim dingin, seperti sarung tangan, syal, jaket, dll. Untuk jaket, saya sempat melirik harganya mencapai dua ratus ribu rupiah. Intinya, kalau tidak mau terlalu boros membeli ini itu, yang hanya dipakai sepuluh menit di dalam Snow Playground, lebih baik siapkan dan bawa saja dari rumah.
Di dalam sini, mereka jadi mengerti bahwa salju itu dingin, licin, lengket, beku. Nggak seistimewa di film Frozen, hehe... Aktivitas yang bisa dilakukan hanya foto-foto, lalu merasakan sensasi salju, bermain tumpuk salju, dan saling lempar. Membuat Olaf juga tidak semudah yang kita kira.
Begitu keluar dari Snow Playground, antriannya sudah mengular sampai susah ditemukan titik awalnya. Luar biasa. Harap maklum, ada 8000 pengunjung, dan untuk bermain salju selama 10 menit, dibatasi hanya boleh 25 orang.
Bukan di Snow Playground saja, di semua wahana, saya kesulitan menemukan titik awal antrian. Sampingan dengan wahana salju, terdapat Formula Kart. Semacam balap mobil gocart dengan arena berbentuk lintasan F1. Di tabel acara, estimasi beroperasi wahana ini pukul 9.00, tapi belum jam sembilan, antrian sudah panjang.
Kami melewati antrian ini, menyusuri area depan panggung amphiteather, dan berhenti di antrian wahana Magic Bike.
Wahana ini seperti sepeda yang dikayuh, dan akan berputar-putar, semakin cepat mengayuh, maka sepeda akan terangkat, dan melayang di udara. Sabrina dan Shofiyah, saya tempatkan dalam satu sepeda, sedangkan saya duduk bersama anak laki berusia kurang lebih 6 atau 7 tahun. Dia naik sendiri, dan sangat bersemangat.
Kemudian kami naik Carrousel, atau kuda-kudaan. Anakku yang bungsu: Shofiyah, girang sekali berputar naik turun di kuda berwarna putih pink. Sementara kakaknya, cemberut, karena malu, menurut dia kuda-kudaan untuk anak kecil.
Baru menaiki tiga wahana, anak-anak sudah terlihat lelah. Kami istirahat sebentar, dan makan. Lalu mulai merancang kira-kira akan naik wahana apa lagi?
Kami memasuki wahana Science Center. Dimana Shofiyah sangat antusias melihat robot yang bisa dibongkar pasang (tentu dengan bantuan orang tua ya). Banyak galeri robot di sini, ada robot ikan Miro, yang ternyata dalam perbaikan, jadi kolamnya kosong, lalu ada robot yang dapat dioperasikan melalui ponsel kita, dengan men-scan QR Code-nya.
Di Science Center terdapat wahana yang antriannya masih wajar: Gravitron. Sebuh tabung raksasa, yang akan berputar dengan kecepatan tinggi, sehingga menyebabkan anti gravitasi bagi pengunjung yang ingin mencobanya. Di antara kita berempat, hanya Sabrina, anak sulungku, yang berani mencobanya. Abahnya aja nggak berani, takut muntah ceunah.
Sabrina naik seorang diri, bayangkan. Dia naik saat antrian sudah kosong. Happy banget, sampai cerita terus betapa serunya wahana itu, walaupun dia menutup mata.
Masih dalam komplek Science Center, kami naik ke lantai dua, wahana Extreme Insect. Kami memasuki ruangan temaram, menyerupai hutan yang pohonnya terbuat dari plastik. Lalu ada patung serangga raksasa yang dapat bergerak. Terdapat monitor di setiap patung raksasa, yang menyajikan informasi seputar serangga: Kupu-Kupu, Kepik, Ulat, Lebah, dll.
Terdapat dua perosotan dan permainan pasir, membuat Sabrina dan Shofiyah betah berlama-lama di tempat ini.
Keluar dari Extreme Insect, kami memasuki Water World. Wahana yang dibuat khusus untuk anak-anak bermain sambil belajar air. Disemprot, dipompa, dimancurkan dengan berbagai bentuk, meluncurkan perahu dari ketinggian, memancing ikan magnet, air sabun, dan aneka permainan lainnya, dimana saya mengamati semua anak sangat serius dalam bermain.
Siapkan baju ganti ya mam, karena sudah pasti anak-anak basah kuyup. Pakaikan juga alas kaki yang tidak licin, seperti sepatu kets, atau sendal karet anti terpeleset. Karena walaupun petugas siap siaga untuk mengepel, sebentar saja sudah tergenang air. Dan, mengingat bahwa lari adalah hal wajib buat mereka untuk berpindah tempat.
Puas main air, sebelum turun kembali ke Science Center, terdapat arena menggambar dan mewarnai. Lalu ada monitor raksasa yang terlihat seperti aquarium. Anak-anak akan diberikan kertas dan satu set alat gambar. Mereka akan disuruh untuk menggambar ikan, mewarnai dengan cantik, memberi nama, lalu serahkan ke petugas yang duduk di sudut belakang.
Petugas akan men-scan gambar anak-anak, dan voila, gambar ikan akan muncul di layar, berenang-renang. Anak akan menunggu, dan sangat senang ketika ikannya muncul. Sabrina dan Shofiyah dua kali ke area Water World ini.
Kami melewati Pacific Rim, Alien Taxi, Jurassic Island yang ketiganya memiliki antrian 120 menit. Akhirnya kami berhenti dan mengantri di Zombie Wars, yang juga harus mengantri selama dua jam. Karena wahana ini jadi salah satu target utama kami, selain Snow Playground.
Mengantri dalam kegelapan, dan dinding yang didesain menyerupai film-film zombie. Shofiyah cukup riang saat melihat patung zombie dari gabus yang sedang duduk di pojokan. Dia mengira semua zombie di dalam hanyalah gabus, tidak perlu ditakuti segitunya.
Tapi ketika giliran kami tiba, dia cukup tegang. Apalagi hanya 10 orang dalam satu rombongan yang boleh masuk. Empat orang remaja lelaki di rombongan paling depan, lalu ada empat orang lagi: bapak, ibu dan dua anak balita di posisi tengah, lalu paling belakang ada saya dan Sabrina Shofiyah. Kami tertinggal jauh di belakang, karena dua rombongan depan berlari-lari menyusuri koridor gelap berisi patung-patung zombie.
Patung-patung tersebut ditanamkan sensor gerak dan sensor cahaya, jadi mereka akan bergerak jika ada yang mendekat, atau saat ada lampu flash hp yang menyinarinya. Patung lain hanya diam di beberapa sudut, berbentuk seperti seonggok jenazah. Cukup menyeramkan memang buat anak-anak.
Walaupun dua anak ini cukup ketakutan, dan berjalan zig zag, maju mundur, gak tentu arah, saya memutuskan untuk berjalan saja, tidak perlu buru-buru, daripada akhirnya jatuh dan malah lebih repot. Karena beberapa koridor lumayan gelap, dan jalanan betul-betul tidak terlihat.
Suasana dibuat seseram mungkin. Bukan hanya mata yang "dimanjakan" dengan kegelapan dan sosok-sosok seram, tapi hidung juga. Dari awal masuk, saya mencium aroma dupa yang menyengat. Saya cukup sering menyalakan dupa arab atau bukhoor di rumah, aromanya enak, wangi dan menyenangkan. Kalau dupa di tempat ini memang mengesankan suasana angker dan suram.
Dari awal saya mendeskripsikan betapa menyeramkannya lorong di Zombie Wars, padahal permainan ini belum dimulai.... hahaha...
Begitu tiba di titik awal, rombongan paling depan, dibekali emergency lamp. Hanya itu, padahal saat mengamati youtuber yang bermain di tempat ini, mereka juga diberikan senjata untuk menembaki zombie, namanya juga Zombie Wars, ye kan. Perang zombie. Tapi karena ini hari khusus karyawan Binus, antrian sangat padat, jadi tembak menembak ini ditiadakan. Padahal seru sekali kalo tetap ada.
Kami masuk ditemani oleh tour guide. Petugas ini membimbing kami memasuki rumah sakit yang sudah dikepung oleh zombie ceunah. Tidak boleh ada kontak fisik antara pemain dan petugas, dan kita harus bersegera jika tidak ingin dikejar oleh Plague Doctor. Jadi ada petugas yang mengenakan baju dokter wabah Eropa. Berjubah hitam panjang, mengenakan topeng serupa burung gagak kematian, dan membawa tongkat panjang.
Awalnya saya kira ini patung untuk foto-foto. Karena tour guide-nya mempersilahkan kami untuk foto-foto sebentar di area ini, dimana Plague Doctor berdiri mematung. Tapi saat tour guide menyuruh kami untuk berpindah ke lokasi lain, Plague Doctor bergerak mengejar kami. Jadilah, anak-anak saya blingsatan, menangis, teriak sambil menarik tangan saya untuk bergerak lebih cepat. Padahal saya masih terkagum-kagum ternyata Plague Doctor-nya bisa bergerak.
Kami melewati banyak patung zombie yang menggunakan sensor, seperti yang saya ceritakan di atas. Dan ada juga beberapa petugas yang mengenakan kostum zombie. Mungkin ada juga penampakan jin sungguhan di sana, karena serius tempatnya angker banget, hehehe...
Sampailah kami di area untuk berfoto lagi. Saya menyuruh Sabrina dan Shofiyah duduk di sofa, mau saya foto, tapi mereka berdua mengkeret, apa ya bahasa tepatnya, mereka berusaha untuk menciutkan tubuhnya dan bersembunyi di belakang saya. Tiba-tiba Plague Doctor muncul di belakang, dia masih setia mengikuti kami dalam keheningan.
Sepertinya kami sudah sampai di ujung wahana, sebelum dikagetkan dengan petugas berkostum zombie yang bikin kaget, karena memukulkan tongkat ke tong kosong dengan sekuat tenaga. Berhasil membuat anak-anak menjerit. Sudah pasti mereka trauma. Saya ajak sekali lagi ke Zombie Wars, mereka menolak mentah-mentah. Hehehe... kalo saya trauma saat di antriannya, dua jam T_T
Antrian di Zombie Wars ini membuat kaki saya lumayan pegal, jadilah saya duduk selonjoran di bangku penonton panggung Stunt Show. Sabrina mengajak abahnya, yang belum menaiki satu wahana pun, duduk santai di mana saja, sambil mengobrol dengan teman-temannya, untuk mencoba wahana Alien Taxi.
Bersebelahan dengan panggung Stunt Show, ternyata Alien Taxi itu semacam Roller Coaster indoor, yang gelap. Sensasi yang dirasakan abahnya, hanya kejedot-jedot sandaran kepala. Tapi untuk Sabrina, itu adalah pengalaman yang seru. Persis saya waktu seusianya. Ingin mencoba wahana ekstrem. Kalo sekarang, saat usia di penghujung 30, duduk santai dan menunggu lebih mengasyikkan ya.
Acara Stunt Show dimulai jam dua siang. Sabrina dan Shofiyah, dan saya sangat antusias dengan tontonan menegangkan itu. Jadi para aktor yang tampil di panggung adalah stuntman beneran yang sering tampil sebagai pemeran pengganti di film-film laga. Naik motor satu roda, berkelahi, jatuh dari ketinggian, menyemburkan api, dan adegan debus lainnya.
Selesai acara di panggung Stunt Show, kami mengunjungi Tilting Village. Kalo di Dufan ada rumah miring, di Trans Studio Mall Cibubur ada desa miring.
Tilting Village seperti pedesaan di Meksiko. Ilusi optik yang bikin kepala pusing. Jadi, bangunan di sisi kanan kirinya dibuat miring-miring, jalanan seolah-olah menanjak dan menurun, padahal sebetulnya jalan lurus dan rata.
Lanjut wahana Rockin Tug, perahu kora-kora tapi berukuran mini. Hanya bisa dinaiki enam orang. Karena sudah agak sore, jadi antriannya gak terlalu panjang. Cuma anak-anak yang main ini, mereka diombang-ambingkan perahu dengan kecepatan sedang. Saya dan suami menunggu di pinggiran.
Setelah itu, anak-anak bermain kembali di Science Center, Extreme Insect dan Water World. Lalu, kami memutuskan untuk keluar dari arena permainan dan berbelanja di mall di lantai bawah.
Wahana lain yang tidak kami jajal hari itu:
- Wave Racer (speed boat yang berputar cukup kencang di atas air),
- Magical Ball (bola-bola besar menyala warna-warni, spot foto-foto),
- Bat Glider (permainan mirip flying fox, tapi berupa kalelawar),
- Formula Kart (balapan gokart),
- Boomerang Coaster (roller coaster yang dipentalkan, jadi hanya terdapat satu rel, perjalanan pergi maju, dan ketika balik, keretanya mundur, untuk permainan ini terdapat di outdoor),
- Jurassic Island (seperti Niagara-gara di Dufan),
- Pacific Rim (wahana empat dimensi pertarungan antar robot dari film Pacific Rim).
Hari itu lumayan menyenangkan. Antrian mulai memendek saat di atas jam 2 siang. Jadi kemungkinan sebagian karyawan Binus dan keluarganya sudah pulang atau berbelanja di mall di lantai bawah.
Untuk HTM Trans Studio Mall Cibubur:
- Weekdays (Senin - Jum'at): Rp.250.000
- Weekend (Minggu & Libur Nasional): Rp.325.000
Untuk jam operasional saat hari-hari normal (maksudnya tidak sedang dibooking oleh instansi tertentu): pukul 11.00 s.d 17.00 WIB.
Kalau saat dibooking, seperti saat ini, jam operasionalnya mulai jam 7.00 s.d 18.00 WIB.
Demikian cerita family gathering kali ini. Semoga infonya bermanfaat.