Friday, March 17, 2017

Cara-Cara Meruqyah Rumah Sesuai Sunnah

Bermula dari banyaknya pasukan semut yang berbaris panjang di dinding rumah. Saya perhatikan mereka sibuk sekali hilir mudik entah mau apa. Padahal tidak ada gula, tapi ada semut.

Rumah sudah dibersihkan semaksimal mungkin. Tapi begitu meletakkan kue di meja, nggak sampai semenit dikerubutin .

Nah, pas banget di kantor lagi dengerin ceramahnya Ustadz Khalid Basalamah. Beliau ngomongin tentang cara-cara ruqyah diri sendiri. Bisa hanya dengan baca ayat-ayat ruqyah dasar. Atau melalui media air, untuk mandi atau diminum.

Ada satu metode ruqyah yang saya perhatikan sungguh-sungguh, menggunakan daun bidara. Fungsi pengobatan ini bisa untuk mengubah pikiran para semut, supaya mereka enyah dari rumah saya.

Caranya akan saya bahas di sini, insyaAllah bermanfaat juga bagi pembaca yang kebetulan mengalami hal yang sama.

Pertama.
Siapkan daun bidara.
Saya beli di Tokopedia. Harganya seratus perak per lembar. Kebetulan di toko itu harus beli 100 lembar, jadi total Rp.15.000,- (termasuk ongkir pakai Wahana).
Atau kalau mau beli sama pohonnya sekalian, bisa cari di penjual tanaman pinggir jalan, namanya pohon Apel india.

Daun Bidara (Apel India)
Daun Bidara beli di Tokopedia
(Rp.100,- per helai)

Kedua.
Haluskan 7 helai daun bidara.
Tujuh helai daun bidara ditumbuk dengan dua buah batu, atau ulekan. Atau lebih modern lagi boleh menggunakan blender.
Jika sekiranya kurang banyak, boleh ditambahkan daun-daunnya dengan kelipatan tujuh: 14, 21, 28 lembar, dsb.

Tujuh Helai Daun Bidara Dihaaluskan
Tujuh Helai Daun Bidara Dihaluskan

Ketiga.
Campurkan dengan segelas air keran.
Karena saya ingin menggunakannya untuk ruqyah rumah. Bukan untuk diminum.
Jika, ingin untuk diminum, gunakan air matang.
Jika untuk mandi, gunakan air keran seember.

Keempat.
Bacakan ayat-ayat ruqyah.
  • Al-Fatihah.
  • Al-Ikhlas.
  • Al- Falaq.
  • An-Nas.
  • Ayat Kursi.
  • Dan, dua ayat terakhir Surah Al-Baqarah.

Bacakan masing-masing satu atau tiga kali. Selesai baca, tiupkan ke campuran air daun bidara yang kini warnanya hijau.

Al-Fatihah
Al-Fatihah

Al-Ikhlas
Al-Ikhlas

Al-Falaq
Al-Falaq

An-Nas
An-Nas

Ayat Kursi
Ayat Kursi

Dua Surah Al-Baqarah
Dua Surah Al-Baqarah

Kelima.
Tuang air ruqyah tersebut, sambil disaring ke dalam semprotan setrika.

Air Ruqyah Daun Bidara
Tuang Air Ruqyah
ke dalam botol semprotan setrika

Air ruqyah sudah siap disemprot ke dinding-dinding rumah, kolong-kolong furnitur, pintu-pintu rumah, dll.
Saya juga semprotkan ke langit-langit, sebab pasukan semut mulai membuat benteng pertahanan di loteng rumah.

Rajinkan menyemprot selama dua minggu berturut-turut. Menurut pengalaman yang diceritakan oleh Ustadz Khalid, jika rumah terkena sihir, maka binatang-binatang kecil seperti kalajengking, ular kecil, kelabang akan keluar semua.

Berikut manfaat dari rutin meruqyah rumah:
  1. Setan dan jin jahat tidak betah di rumah kita. Yang ada di dalam rumah akan keluar, yang di luar tidak berani masuk.
  2. Sihir model apapun akan terpental << khusus untuk ini, kita mesti rajin juga zikir pagi & sore.
  3. Rumah akan terasa lebih adem.
  4. Suami istri rukun.
  5. Anak-anak jadi lebih kalem, tidak terlalu nakal.
  6. Tiap individu di rumah itu menjadi lebih rajin beribadah.
  7. Dan, ini tujuan pertama saya: rumah bebas semut atau binatang kecil lainnya (insyaAllah termasuk tikus & kecoa).

Mudah mengerjakannya, dan insyaAllah berpahala karena mengikuti sunnah Nabi Muhammad shalallahu wa alaihi wasallam.

Wednesday, March 15, 2017

Cerita Melahirkan Anak Kedua (Normal Sesungguhnya)

Lahir normal sesungguhnya, merupakan proses melahirkan seorang anak secara alami. Tanpa bantuan induksi ataupun vacuum. Begitu definisi yang saya dapatkan dari tim bidan yang menangani kelahiran anak kedua.

Misal anak sulung, memang saya lahirkan secara normal, tapi tetap ada keterangan "Normal dengan Bantuan Vacuum" di catatan bidan.

Beda dengan anak kedua, yang saya lahirkan normal alami. Alami mulesnya tanpa dipancing dengan induksi. Alami keluarnya, tanpa ditarik paksa oleh sedotan alat vacuum.

Seminggu sebelum HPL (Hari Prediksi Lahir), berat bayi dalam kandungan sudah mencapai 4 kilo (dicek oleh Dokter SpOG melalui USG dua dimensi).

Dan menurut beliau, jika lebih dari 4 kilo lebih baik di-caesar untuk menghindari resiko komplikasi.

Saat usia kehamilan 7 bulan, karena berat badan bayi meningkat pesat, Atas saran beliau juga, saya melakukan pengetesan toleransi gula/ GTT (Glucose Tolerance Test). Tes ini sesuai namanya untuk mengecek kadar toleransi tubuh saya dalam memproses gula. Hasilnya alhamdulillah normal-normal saja.

Saya diet nasi putih, sesuai nasehat dokter. Berharap berat badan bayi menyusut atau minimal tetap 4 kilo. Namun penyusutan itu mustahil terjadi, mengingat berat badan bayi yang akan bertambah 400 gram per minggunya.

Mundur lima hari dari HPL, tanggal 8 Juni, Shofiyah lahir dengan berat badan sama persis seperti kakaknya 3.8 kg.

Selain berat lahir yang identik, parasnya pun serupa. Allah subhanahu wataalla menjawab doa saya yang pengin banget punya anak kembar. Gapapa deh beda 4 tahun, yang penting mirip wajahnya. Nanti dipakein baju-baju yang motifnya samaan... hehehe...


Wait... bentar.... coba flashback sedikit. Kan di USG sebelum lahir 4 kg. Pas lahir malah menyusut 3.8. Gimana ini ceritanya?

Shofiyah lahir di minggu awal bulan Ramadhan. Jadi, karena saya berharap Allah subhanahu wataalla menyusutkan sedikit berat badan bayi, saya ikutan puasa dua hari pertama Ramadhan. Hari ketiga, ikut sahur bareng suami. Tapi jam 10 pagi saya buka, soalnya mulai berasa kontraksi skala ringan.

Khawatir menjelang ngeden, nggak ada tenaga. Teringat kenangan proses melahirkan anak pertama, kontraksi mulai jam 3 dini hari, nggak nafsu sarapan. Walhasil, lemes pas saat berjuang lahiran.

Tanggal 8 Juni itu memang jadwal saya kontrol ke dokter kandungan. Cek air ketuban, posisi janin, dll.

Kontraksi kan sudah dimulai dari jam 10 pagi. Hilang timbul dengan jeda tiap 50 menit. Saya masih santai di rumah.

Menjelang jam 4 sore, mules skala hebat mulai berdatangan membabi buta. Saya tahan gelombang cinta itu sampai kaki saya kaku lurus seperti mau menari balet. Tapi kalau mules hilang, saya santai lagi. Ngemil. Ngobrol. Main sama si kakak. Rapiin ini. Rapiin itu (maklum insting bersarang belum hilang).

Saat ke dokter untuk jadwal check up, jam setengah 8 malam. Saya bilang sudah mulai kontraksi. Dan saya info juga ke dokter mengenai catatan jeda hilang timbul rasa kontraksinya sekian menit.

Beliau menyarankan untuk pemeriksaan dalam. Begitu dicek, yup... sudah bukaan dua.

Dokter menanyakan mau menunggu di klinik atau pulang. Seperti biasa. Saya memilih pulang. Saya pikir rumah dekat ini.

Lagi-lagi, pilihan saya untuk pulang salah besar. Kenapa? Karena begitu saya sampai rumah, mules-mules sudah tidak berjeda.

Suami mengabari orang tua dan adik saya, mereka tiba di rumah jam 9 malam. Begitu melihat kondisi saya, langsung saya diangkut balik menuju klinik bidan.

Jam setengah 10 malam, sudah bukaan 8. Saya diminta untuk menahan rasa apapun. Mulai rasa sakit yang menusuk, hingga rasa ingin *maaf* B.A.B skala Luar Binasa.

Jam 10, bukaan lengkap. Tim bidan yang menangani saya sudah standby. Peralatan sudah disiapkan. Jarum infus penambah tenaga sudah terpasang cantik di lipatan tangan. Dan, saatnya mengejan.

Para bidan menginstruksikan posisi saya mesti begini dan begitu. Atur pola napas, cara mengejan yang benar, dll. Namun hingga jam setengah 11 malam, kemajuan tidak seberapa.

Salah satu bidan menargetkan jam 23.15 bayi sudah mesti lahir. Saya jadi terpacu saat dihadapkan oleh sebuah challenge.

Menit-menit berikutnya, tampak progress positif. Suami yang kebetulan berdiri di samping saya, sebagai motivator, memberi tahu bahwa bayi bergerak semakin turun.

Saya juga merasakan pergerakan bayi yang makin menekan daerah bawah.

Begitu kepalanya yang lunak berhasil melewati lubang vagina, menurut suami saya, bentuknya masih gepeng pipih. Tak lama setelah itu, langsung mengembang bulat, seperti sudah terisi angin.

Begitu juga dengan kedua bahunya. Sesaat baru keluar, keduanya menyatu, karena sempitnya jalan lahir. Ketika lolos dari lubang vagina, keduanya seperti dibelah dua.

Tanggal 8 juni pukul 23.14, Shofiyah lahir dengan berat 3.8 kg. Panjang 50 cm. Dengan kondisi terlilit tali pusat di bagian pinggang. Selebihnya, Alhamdulillah normal, sehat dan lucu. MasyaAllah ^_^

***

Well... hehehe... jadi panjang, keasyikan cerita.
Ada satu hal yang nggak mau saya lupakan. Ini tentang kegundahan hati menjelang hari-hari kelahiran.

Saat ketahuan berat bayi 4 kilo, lalu dokter tidak mau ambil resiko untuk proses kelahiran normal. Dan saya begitu takut sekaligus putus asa akan berhadapan dengan pisau bedah dan ruang operasi yang katanya dingin banget.

Saat itu harapan saya satu-satunya hanya Allah subhanahu wataalla. Saya perbanyak zikir ini:

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.

Artinya:

“Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.”

Entah kenapa saya menjadi begitu yakin, dan positif Allah akan mengijabah doa-doa dan harapan saya bisa melahirkan normal. Tanpa kesulitan berarti. Bagi bumil muslim yang sedang menunggu kelahiran buah hati, bisa dicoba nih hypnobirthing ala saya ^_^

Bukan bermaksud riya. Yang ingin saya sampaikan, ini pengalaman yang sulit dilupakan. Bukan tentang proses lahirannya saja, tapi makna akan begitu besarnya rasa kasih sayang Allah subhanahu wataalla pada hambaNya.

Mungkin penyusutan berat badan bayi sebanyak 200 gram tidak seberapa. Mungkin pula sebetulnya hanya faktor salah hitung. Tapi bagi saya, kejadian ini tetap merupakan jawaban Allah subhanahu wataalla untuk doa-doa saya.

Demikian.

Tuesday, March 7, 2017

Segarnya Aqua dari Charlie Banana - Cloth Diapers

Charlie Banana - Aqua
Sumber foto: google
Masih membahas rangkaian koleksi cloth diapers Shofiyah. Kali ini saya mau menulis posting tentang Charlie Banana, warna Aqua.

Sebetulnya clodi ini turunan dari kakaknya. Makanya masih berkancing.

Sekilas Charlie Banana mirip dengan Fuzzibunz:
  • Pembeliannya sudah include 2 insert (besar & kecil).
  • Termasuk jenis clodi tipe pocket (outer berkantung)
  • Sistem adjust menggunakan karet elastis

2 Insert (Ukuran Besar & Kecil)

charlie banana adjustment system
Adjustment System Charlie Banana
Menggunakan Karet Elastis

Perbedaannya terletak pada bukaan outernya. Jika Fuzzibunz hanya berupa celah bukaan di ujungnya, tanpa penutup. Nah, untuk Charlie Banana, ada flip penutup bukaan. Bingung? Mari lihat gambar berikut:

Bukaan Fuzzibunz, tanpa flip penutup
Bukaan Fuzzibunz, tanpa flip penutup
Bukaan Charlie Banana, dengan flip penutup
Bukaan Charlie Banana, dengan flip penutup
Perbedaan Celah Bukaan antara Charlie Banana dengan Fuzzibunz
Perbedaan Celah Bukaan
antara Charlie Banana dengan Fuzzibunz

Sekilas mungkin, Charlie Banana terlihat lebih rapi. Apalagi jika kita memakai insert ukuran besar. Insert akan tertutup sempurna jika memakai outer Charlie Banana. Tidak beleberan keluar.

Tapi, saat nanti mau mencuci clodi, mengeluarkan insert-nya cukup sulit. Ditambah lagi jika insert sudah penuh dengan air pipis dan kotoran padat. Perfect deh, ngerogoh ke dalam kantung outer bau pesing... hehe..

Clodi Charlie Banana, dengan bahan outer yang jempolan, saya optimis untuk pemakaian pada malam hari. Dan, karena tampak trim, saya juga PD memakaikan ke bayi di siang hari, misalnya saat mau menyambangi rumah orang tua.

Ya, setiap clodi memiliki kelebihan, dan kekurangan. Pilih yang pas dan cocok untuk bayi kita.


Note: Semua gambar bersumber dari Google <<edisi malas foto-foto>>

Monday, March 6, 2017

Dua Koleksi Clodi NVMe Milik Shofiyah

Yang saya suka dari clodi merk NVMe adalah insertnya. Terjahit jadi satu si Mushroom Liner di atas insert yang tebal. Melebar di bagian bokong, jadi kulit bayi menempel di bahan yang lembut dan ekstra kering.

NVMe sendiri adalah brand lokal. Saya pernah baca sekilas, kenapa memilih nama NVMe, supaya jika dilafazkan akan menjadi Envy Me (alias Irilah Kepadaku). Maksudnya, kalau bayi memakai NVMe, maka bayi yang lain akan iri... hehehe... Keren juga ya idenya.

Clodi NVMe: Jaguar & Lady Bug
Sumber foto: google
Clodi NVMe: Jaguar & Lady Bug

Yang motif Jaguar, turunan dari punya kakak. Yang polos merah Lady Bug, beli baru nambahin koleksi Shofiyah.

Clodi cover mudah pemakaiannya, tinggal di-snap kancing antara insert dengan cover. Tanpa perlu repot masukin insert ke dalam kantung outer, yang terkadang miring, atau terlipat, bikin bocor di kanan - kiri.

Lalu, kenapa saya memilih cover berkancing untuk Sabrina, lalu velcro untuk Shofiyah?

Itulah, waktu zaman Sabrina dulu, karena masih ibu baru, belum punya pengalaman, saya mengira cover berkancing adalah clodi yang bagus.

Ternyata setelah pengalaman tidak menyenangkan memakaikan clodi berkancing ke bayi yang sudah bisa merangkak, kini saya sadar bahwa velcro-lah yang terbaik. Pemakaian jadi lebih mudah dan cepat.

Clodi NVMe, walau motifnya lucu-lucu, tapi entah kenapa semua-nya ber-list hitam. Yang membuatnya terlihat monoton dan seragam.
Lalu di bagian leg gusset-nya, selalu ada sela dengan paha bayi. Bocor kanan kiri sudah biasa, padahal sepertinya sudah rapat. Entahlah.

Pemakaian clodi NVMe, hanya di siang hari. Saya tidak PD memakaikan waktu malam. Yah... untuk ganti-ganti, biar nggak jenuh ^^

Mushroom Soaker
Sumber foto: google
Mushroom Soaker

Pemakaian Clodi NVMe
Sumber foto: google
Pemakaian Clodi NVMe