Monday, June 15, 2015

Jurassic World

Jurassic World
Claire & I-rex
Impian John Hammond terwujud. 22 tahun pasca tragedi Jurassic Park, taman penuh dinosaurus itu dibuka untuk umum.

Jurassic World menawarkan berbagai wahana menarik, layaknya kebun binatang & Disneyland. Tontonan seperti memberi makan T-rex & Mosassaurus, dibuat seperti pertunjukan singa & lumba-lumba. Lalu, ada juga bayi-bayi dinosaurus yang dapat "bermain" bersama pengunjung, seperti Baby Zoo di Taman Safari Puncak. Kendaraan yang digunakan untuk melewati gerbangnya, bukan lagi SUV, melainkan monorail futuristik. Serta terdapat banyak toko yang menjual aneka merchandise, persis Dufan.

Claire (Bryce Dallas Howard) yang bekerja sebagai manajer operasional di Jurassic World, menanti kedatangan dua orang ponakannya, Zack & Grey, untuk vakansi. Karena pekerjaan yang padat, Claire menitipkan mereka berdua pada Zara, asisten pribadinya. Dilengkapi dengan tiket VIP, Zack & Grey memulai petualangan mereka di berbagai wahana.

Selama sepuluh tahun Jurassic World beroperasi, kepuasan pengunjung terus menurun, hingga di titik 90% dan stuck. Para ilmuwan di sana, berusaha untuk menaikkan angka tersebut, salah satunya dengan merekayasa dinosaurus model terbaru.

Indominus Rex (I-rex), paduan antara T-rex, dan Raptor, dengan sedikit campuran DNA cumi-cumi & katak sebagai pelengkap. Jadilah makhluk hibrida super cerdas, dengan lebih banyak taring & cakar.

Saat Owen, si pelatih Raptor (Chris Pratt), dipanggil oleh Claire untuk mengecek keamanan kandang I-rex, seketika itu pula hewan tersebut menghilang. Suhu tubuhnya tidak terlacak oleh detektor panas tubuh.

Claire memutuskan untuk menutup bagian utara taman. Namun, kedua ponakannya sedang menjelajah hutan menggunakan gyrosphere (kendaraan bulat berlapis kaca). Sampai mereka bertemu dan diteror oleh I-rex.

Bersama Owen, Claire nekat mencari ponakannya. Berhasilkah Claire menyelamatkan mereka, dan bahkan ratusan wisatawan lain?

Film ini diproduseri oleh Steven Spielberg. Jadi, masih berasa "sentuhan" sang maestro. Walaupun tidak ada tokoh-tokoh utama dari film Jurassic Park lainnya yang tampil kembali di film ini, tapi setelah 22 tahun, Jurassic World lumayan mengobati rindu.

Jurassic World

Jurassic World

Jurassic World

Jurassic World

Jurassic World

Jurassic World

Friday, June 12, 2015

Review Buku: The Wednesday Letters

The Wednesday Letters
Genre:
Drama Fiction
Author:
Jason F. Wright

Buku ini duduk manis di tumpukan paling atas di lapak buku bekas, dekat stasiun Tebet. Mungkinkah gue nggak beli? Apalagi ada embel-embel The New York Times Bestseller di cover bukunya yang sangat unik, berbentuk amplop. Warnanya juga eye catching.

Jack & Laurel, pasutri tua nan romantis, tinggal di kota kecil, di penginapan sederhana Domus Jefferson, yang dikelola sendiri, serta memiliki tiga orang anak: Matthew, Malcolm, dan Samantha.

Jack menderita kanker otak ganas, dan hidupnya hanya tinggal menghitung hari. Istri tercinta, Laurel selalu sabar mengurusnya seorang diri. Anak-anak mereka sudah dewasa, dan tidak tinggal lagi bersama. Matthew dan istrinya, Monica tinggal di kota besar, dan sedang sibuk mengurus perizinan adopsi anak. Samantha, anak terakhir dan perempuan satu-satunya, sudah bercerai dengan suaminya, menjadi single mother untuk putrinya Angela, serta berprofesi sebagai Polisi lokal. Dan, Malcolm, sang penulis, tak tahu dimana rimbanya. 

Saat Jack & Laurel meninggal dunia di hari dan jam yang sama, anak-anak mereka, para kerabat, teman, sahabat, dan para tamu penginapan merasa tak percaya. Jack yang sakit parah, tapi Laurel yang wafat lebih dulu, menyusul suaminya, seakan otomatis berhenti hidup. Dalam keadaan berduka yang teramat sangat, mereka mempersiapkan upacara pemakaman yang cukup besar, namun tetap hangat dan kekeluargaan.

Matthew, Malcolm, dan Samantha menemukan "kebiasaan unik" kedua orangtuanya di dalam gudang. Ada beribu pucuk surat yang ditulis setiap hari Rabu oleh ayahnya untuk sang ibu. Kadang surat itu dikirimkan melalui pos, dan masih tertempel perangko di amplopnya. Atau ada beberapa surat yang tidak disertai perangko. Surat-menyurat seminggu sekali itu, dilakukan sejak mereka menikah, hingga tutup usia.

Seluruh surat dikumpulkan, lalu diurutkan berdasarkan tanggal, dan tiga bersaudara itu membacanya bergantian. Banyak yang hanya menceritakan tentang keseharian mereka, tidak sedikit berupa cerita lucu, bahkan mengharu biru. Samantha sampai harus menghapus air matanya berkali-kali. Hingga ada satu rahasia keluarga yang selama ini tersembunyi. Rahasia yang membuat mereka marah & gelisah, namun sekaligus mengikat mereka kembali menjadi keluarga yang utuh dan kompak.

Sebetulnya tema yang diangkat oleh Jason F. Wright sangat-sangat brilian. Suami-istri saling menulis surat, menumpahkan suka-duka, keluh kesahnya ke dalam kertas. Kemudian dibaca oleh pasangannya, akan sangat positif, ketimbang mereka berbicara dan ribut dengan suara keras, menyakiti perasaan anak-anak, hanya karena hal sepele. Mungkin bisa dicontoh juga buat pasutri masa kini, supaya rumah tangganya tetap harmonis.

Tapi sayang, penggarapannya kurang. Jauh sekali dari harapan gue. Ceritanya jadi terlalu datar. Tokoh-tokohnya kurang berkembang. Endingnya sangat klise dan gampang ditebak. Walaupun ada sedikit twist, tapi kok kayaknya terlalu dipaksakan. 

Pesan dari buku ini adalah tentang memaafkan. Suami memaafkan istri, orangtua memaafkan anak, anak memaafkan orangtua, keponakan memaafkan paman, dst. Tapi ada satu hal yang kurang logis: suami memaafkan kriminal yang menjahati istrinya sendiri. Ugh... gue berharap tokoh Jack yang pemarah, membunuh si bajingan yang menodai Laurel. Sumpah ya, kalo gue ketemu sama penulisnya, gue suruh revisi bagian maaf-maafan ini.

See ya!

Wednesday, June 10, 2015

Annie (2014)

Annie (2014)
It’s a hard-knock life for us!

Tomorrow, tomorrow, I love ya… tomorrow…

Annie, adalah film drama komedi musikal yang telah di-remake sebanyak tiga kali. Berturut-turut film pertama dan kedua, dibuat tahun 1982 dan 1999. Perbedaan yang mencolok dari Annie versi 2014 dengan film-film sebelumnya, adalah si pemeran utamanya berkulit hitam. Katanya sih kelompok rasis di Amerika sampai ingin mencekal film ini. Haduh... berlebihan sekali.

Jamie Fox berperan sebagai pengusaha operator seluler kaya raya, bernama William Stacks yang sedang mengikuti bursa calon walikota New York, (familiar sama Bakrie Telecom, yang salah satu big boss-nya terobsesi jadi presiden hehehe…). Anyway, ini bukan film adaptasi kisah nyata kan?? -_-

Lalu si aktris kecil berbakat Quvenzhané Wallis, berperan menjadi Annie si tokoh utama, seorang yatim piatu, yang masih berharap dapat berkumpul kembali dengan kedua orang tuanya.

Annie dan kawan-kawannya sesama yatim piatu, tinggal dan diasuh oleh Ibu Asuh yang galak dan tidak menyenangkan, Miss Hannigan diperankan oleh Cameron Diaz (ternyata aktris ini juga bisa nyanyi, seingat gue di film My Best Friend’s Wedding, suara dia ancur banget pas disuruh karaokean wkwkwk...)

Pamor politik William Stacks saat itu sedang turun. Kampanye yang ia gelar di tengah kerumunan tunawisma, menjadi momentum ketidakpercayaan publik terhadap dirinya. Terlebih dengan konyolnya, dia memuntahi seorang gelandangan. Dan, video hasil siaran langsung itupun diunggah di YouTube, menjadi bahan olok-olok.

Annie yang sedang berusaha menemukan kedua orangtuanya, tiba-tiba saja terjebak oleh satu scene, yang mempertemukannya dengan si calon walikota: Mr. Stacks.

Annie (2014)

Demi mendongkrak popularitasnya, Penasihat Politik Mr. Stacks mengatur supaya hak asuh sementara Annie jatuh ke tangan Mr. Stacks. Dan Annie diperbolehkan tinggal dirumahnya, serta menghabiskan waktu bersama. Seiring berjalannya waktu, jiwa kebapakan William muncul dan rasa sayangnya ke Annie terus berkembang.

Keinginan Mr. Stacks untuk mengadopsi Annie secara resmi, terpaksa ditepis olehnya. Ia harus menelan pil pahit, karena orang tua kandung Annie ditemukan, dan mereka akan kembali bersatu sebagai keluarga utuh.

Film Annie (2014) mendapat banyak sekali hujatan dari penikmat film. Hanya mendapat skor 27% dari Rotten Tomatoes, bahkan memenangkan penghargaan film remake terburuk dari Golden Raspberry Award. Cameron Diaz juga sempat dinominasikan sebagai aktor pembantu terburuk.

Tapi, walau begitu, film ini berhasil masuk Box Office kok. Lagu-lagunya juga bagus. Ada beberapa yang di-aransemen ulang oleh Sia. Apalagi lagu Opportunity, ciptaan Sia, yang dinyanyikan oleh suara emas Quvenzhané Wallis, wah keren abis. Recomended deh buat tontonan anak-anak.

Annie (2014)

Annie (2014)

Annie (2014)

Annie (2014)

Annie (2014)

Buah-Buahan Potong

Gue mau cerita sedikit tentang Sabrina dan mainan barunya.

Jadi hari Rabu, tanggal 3 Juni 2015, gue lupa belikan mainan buah-buah potong buat dia. Padahal Rabu pagi, gue sudah menjanjikan untuk membawakan "sesuatu" sepulang kantor. Alhasil, dia ngambek luar biasa. Dan, cara ngambeknya itu lucu banget.

Dia langsung melangkah cepat ke arah dapur, lalu berhenti di depan kulkas, berdiri diam. Ngambek. Gue hampiri bocah imut itu, mau minta maaf, ehhh… dia jalan cepat lagi, ke arah depan, trus mematung menghadap pintu. Ngambek lagi ceritanya.

Akhirnya, Kamis sore, gue mengingatkan diri gue sendiri untuk beli buah potong itu di Carrefour. Nah, sampai rumah, anak itu langsung tanya “Mama udah beli sesuatu belum buat Sabrina?” dengan wajah yang sangat ingin tahu.

Sambil cengar-cengir, gue jawab “Ada nggak ya?”

Lalu dia mengulangi, “Ada nggak ya?” mimik wajahnya berharap sekali ada sesuatu buat dia.

Sebelum dia lari ke kamar, gue merajuk, minta dicium, minta dipeluk yang lama banget sama dia. Dan, lucunya Sabrina meladeni. Hehehe…. Ada maunya soalnya. Begitu dia lihat mainannya, yang gue sembunyikan di atas tempat tidur, (bukan disembunyikan sih, soalnya gampang kelihatan gitu warna-warninya), dia girang bukan main.

“Aku suka Ma,” celotehnya. Dua kali.

Dan langsung dimainin. Potong-potong, kemudian direkatkan kembali velcro-velcro-nya, dan dipotong lagi.

Sebelum mainan ini, Sabrina udah punya jeruk velcro, mainan hadiah dari sepupunya Fahmi. Dan sekarang dia punya, semangka velcro, pisang velcro, apel velcro, dan jagung velcro.

Pisau mainan, sebelumnya punya 2 buah, sekarang jadi 3. Begitu pun talenan. Sekarang punya tiga ukuran: besar, sedang, dan kecil.

Berikutnya dia request: kulkas, kompor yang besar yang kayak punya Mama (saat ini dia punya kompor-komporan kecil, cuma sebesar token Bank), dan lemari dapur buat piring-piring plastiknya. Komplit ya, gue aja belum punya lemari dapur buat koleksi tupperware gue. Haha….. nasib nasib.

Well, intinya jangan menjanjikan sesuatu ke anak kecil, kalo memang nggak bisa memenuhi. Dan, jika memang seandainya sanggup, jangan lupa!

Mainan Buah Potong
Ini dia penampakan Mainan Buah Potong Sabrina yang baru. Semoga besar nanti, kelak menjadi Chef ternama ya, Sayang. Buka Restoran atau Café sendiri, dan mempunyai ribuan cabang Resto & Lounge di seluruh dunia. Amin!

Saturday, June 6, 2015

Wedding Dress (Korean Movie)

Wedding Dress
Wedding Dress, film Korea yang sanggup membuat gue mengalirkan bergalon-galon air mata. Yup... mengharukan sekali.

Film ini berkisah tentang seorang ibu (single mother) bernama Go-eun, seorang desainer baju pengantin di Bridal ternama. Beliau hidup dengan putri semata wayangnya bernama So-ra, di apartemen kecil di tengah kota. Ayah So-ra sudah meninggal dunia di usia yang terbilang muda. Namun, ibu penyayang itu selalu dibantu oleh kakak laki-lakinya dan kakak iparnya yang sangat pengertian.

Go-eun menyadari bahwa dirinya menderita kanker lambung, dan hidupnya tidak akan lama. Di titik inilah episode-episode mengharukan kehidupan ibu dan anak tersebut dimulai.

Go-eun mencoba mengisi hari demi hari antara mereka berdua dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, yang akan dikenang oleh anaknya. Tidur saling berangkulan, melancong ke pantai, mengajari sang anak bersepeda, memasak untuknya semalaman, merayakan ulang tahun anaknya (walau berdua saja), hingga membuatkan sketsa gaun pengantin untuk dipakai So-ra di masa depan.

Kemudian, So-ra yang menyadari bahwa usia ibunya hanya sebentar saja, diam-diam melakukan apapun kemauan sang Ibu. Seperti mulai berkawan kembali dengan teman-teman sekelasnya. Lalu meneruskan les baletnya, karena dia selalu mangkir dari kelas balet selama ini. Sampai So-ra berhasil ikut mementaskan pertunjukkan balet, dan membuat ibunya bangga.

Ibunya ingin So-ra memiliki kepribadian yang supel, memiliki banyak teman, serta mandiri. Karena cepat atau lambat, So-ra harus mampu hidup sebatang kara. Teman yang banyak adalah hal paling logis bagi ibunya, agar So-ra tidak selalu sendirian.

Hal-hal mengharukan, ditunjang oleh akting brilian para aktornya, membawa emosi penonton pada kesedihan yang tidak berujung. Gue nonton film ini ditemani oleh satu wadah penuh tissue.

Drama ibu-anak, atau orang tua dengan anaknya, yang dibumbui penyakit dan kematian, akan sangat sukses untuk menyayat-nyayat hati. Jadi, pesan gue cuma satu: siapkan tissue sebelum menekan tombol play.

Wedding Dress

Wedding Dress

Wedding Dress

Wedding Dress

Wedding Dress
 
Wedding Dress